Hikayat Babad Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi

Mohon ampun hamba haturkan
Hamba yang bodoh bukan karuan
Beranikan diri untai kata untai cerita
Mengenai hikayat suatu negeri nun di sana

Negeri nan dulu gemah ripah loh jinawi
Padi menggantung berurai-urai
Laksana emas nan permai
Menarik sukma tenteramkan hati

Hasil samudera raya tak usah dikata
Ikan udang kepiting aneka warna
Berenang riang tiada berhingga
Dipanen tiada habis hingga berjuta warsa

Perut bumi cadangkan aneka tambang
Besi perak tembaga apalagi emas tiada bimbang
Belum lagi batu bara minyak bumi bagaikan bintang
Nikel aluminium dan jenis logam banyak memang

Budaya aneka warna sungguh kaya
Dari barat ke timur penuh warna
Bahasa juga berbeda tiada sama
Adat dan budaya tidak kurang nuansanya

Bangsa dari segala penjuru
Datang tiada henti tiada capai
Perahu mendarat berlabuh sambil lalu
Siapakah dapat membilang ini

Rempah-rempah berkah dan petaka
Konon di suatu masa
Datanglah bangsa dari arah terbenam sang surya
Dengan armada dagangnya

Merampas kekayaan rempah tanpa sangsi
Memonopoli dan menguasai sungguh ngeri
Melawan sang penjajah timbul tanpa henti
Hingga sang angkara hengkang pergi

Harusnya sang negeri bisa berdaulat kembali
Meniti jembatas emas gilang gemilang
Kemakmuran harusnya dapat dicapai
Berlimpah sudahlah pasti pangan dan sandang

Namun sayang sungguh disayang
Negeri gemah ripah loh jinawi ini
Didera korupsi bukang alang kepalang
Semua berjuang demi perut sendiri

Siapakah yang peduli nasib warga
Jeritan rakyat tiada didengar lagi
Yang penting kaya lagi jumawa
Rakyat dipikir nanti nanti

Para pemimpin nun di atas sana
Pada bicara sendiri-sendiri
Seperti tidur di atas dipan empuk merona
Sudah nyaman di tengah mimpi

Negeri gemah ripah loh jinawi ini
Jadi layaknya orang sakit
Bagaikan harimau tanpa taring dan gigi
Duduk meringkuk seperti punggung bukit

Perpecahan mulai melanda negeri
Laksana telur yang terpecah belah
Karna etnis dan agama jadi bertikai-tikai
Padahal rugilah sama semua tiada menang tiada kalah

Musuh musuh negeri pada tersenyum penuh girang
Menyaksikan keruwetan tiada tara
Inilah yang kami tunggu-tunggu berlaksa petang
Menanti kesempatan mencuri negeri

Kapankah negeri ini bisa bangkit berjaya
Hamba yang bodoh juga tiada pandangan
Pengetahuan hamba tiada punya
Hanya sanggup untai hikayat tanpa makna

Hamba tak lagi panjangkan cerita
Tanggal enam bulan sepuluh hari ini
Tahun dua nol tiga belas memetik pena

Related Posts



No comments:

Popular Posts