Pemuda itu tampak akrab dan murah senyum, sepertinya tertarik dengan janda Ema.
Pemuda itu membeli sabun. Sambil menyerahkan uang, Pemuda itu mengoda Ema, “Alis mata mbak bagus, cantik, ke salon mana sih ? “.
Ema, senyum malu-malu kucing, menunjuk salon di depan warungnya.
Pada saat Ema mengembalikan uang kembalian, yang diambil di laci, tampak tidak sengaja belahan dada Ema terlihat.
Pemuda itu mencuri pandang, melirik-lirik Ema. Hati Ema dibuat tersipu-sipu.
Tanpa kata-kata Pemuda itu mengambil kembalian dari Ema dan langsung pergi.
Ema merenung, ” Sudah lama nih saya sendirian. Aku merindukan seorang pria “.
Keesokan harinya, Ema tampak semangat untuk membuka pintu warung,
Ema menengok kiri kanan. Seperti mencari sesuatu.
Tak lama kemudian ada Pemuda yang kemarin dan berdiri di seberang warung Ema. Pemuda itu menengok kiri kanan, melihat sekitarnya.
Ema serba salah dibuatnya. Ema berpikir di dalam batinnya,
” Pemuda ini pemalu, tidak berani mendekati aku, mungkin ia takut masuk ke warung aku ”
Setelah lama saling tatap-menatap. Ema grogi juga dibuatnya.
Ema lalu masuk ke dalam rumahnya. Rumah Ema merangkap warung.
Setelah beberapa lama kemudian barulah Pemuda itu mendekati warungnya.
Jantung Ema, dak dik duk, berdetak kencang, Ema tidak berani menatap ke depan. Ema menunggu panggilan dari Pemuda itu.
Tidak ada panggilan. Ditunggu2 tetap tidak ada suara Pemuda itu.
Ema penasaran, lalu ia menuju ke depan. Tidak ada orang.
Pemuda itu sudah pergi dengan keadaan laci yang sudah kosong.
Uang Ema sudah hilang, dicuri Pemuda pujaannya.
No comments:
Post a Comment