Rahasia Terlarang Sebuah Apotek

Pagi-pagi di sebuah apotek di suatu daerah, datanglah seorang Ibu muda berpenampilan modis bernama Mira. Ibu Mira ini memiliki suami yang bekerja di luar kota dan cukup jarang pulang. Dengan maksud untuk menyenangkan suaminya yang siang itu akan pulang, beliau berniat membeli obat perangsang untuk dirinya supaya bisa bertahan lama “perang” dengan suaminya yang cukup hebat dalam ber”perang” itu. Setelah memesan obat yang diinginkan, beliau pun duduk di bangku tunggu untuk menunggu gilirannya mengambil obat. Namun belum lama duduk, ternyata beliau baru sadar kalau dompetnya kosong, dan kebetulan Apotek tersebut hanya melayani pembayaran cash, akhirnya Ibu Mira memutuskan keluar sebentar untuk mengambil uang di ATM terdekat.

Selang beberapa waktu, masuk lagi seorang Ibu muda yang berpenampilan sederhana bernama Mila. Ibu Mila kebetulan sudah dari sekitar seharian kemarin mengalami diare, hampir setiap 10 menit beliau berkunjung ke WC untuk setoran alias BAB. Setelah memesan obat untuk mengatasi diarenya, Ibu Mila pun duduk di bangku antrian untuk menunggu namanya dipanggil oleh sang apoteker.

Tak begitu lama Ibu Mila menunggu, terdengar suara sang apoteker

Apoteker = “Ibu Mila ! Obat sudah siap !”

Karena merasa itu adalah gilirannya, beliau yang memang sudah menahan sakit perut segera mengambil plastik berisi obat yang diberikan, membayarnya, bahkan langsung memakan obat tersebut dengan tujuan menghilangkan sakit perut yang sedang ia rasakan, dan kemudian segera pergi meninggalkan apotek itu.

Bersamaan dengan Ibu Mila keluar, Ibu Mira pun masuk ke dalam apotek. Segera setelah itu kembali terdengar suara sang apoteker.

Apoteker = “Ibu Mila ! Obat sudah siap !”

Karena merasa tidak ada orang lain di ruang tunggu selain dirinya, Ibu Mira pun mendekati sang apoteker.

Apoteker = “Ibu, obatnya diminum 1x sehali saja ya. Diminumnya sesudah salapan. Diusahakan jangan minum minuman sepelti silop, kopi, atau susu dulu.”

Setelah mengambil plastik berisi obat dari sang apoteker, Ibu Mira mengecek obat yang diberikan. Tertulis di plastik obatnya nama Ibu Mila.

Ibu Mira = “Mas, nama saya Mira bukan Mila ! Lagipula yang saya pesan obat perangsang, bukan obat mengatasi diare !”

Related Posts



No comments:

Popular Posts